BlackBerry Messenger (BBM) merupakan aplikasi chatting populer sejak dari tahun 2005. Aplikasi ini sangat populer dipakai diseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Namun apa daya, setelah 14 tahun lamanya BBM beroperasi dibawah naungan Research In Motion (RIM) harus tutup usia pada tanggal 31 Mei 2019 mendatang. Dibalik keterpurukan ini, ada beberapa pemicu membuat BlackBerry dan BBM kalah populer dibanding dengan aplikasi chatting yang lain, yang jauh melesat ketimbang BBM. Berikut beberapa kesalahan RIM.

Terlalu Banyak Iklan di BBM

Kita tau sebagai income perusahaan apalagi RIM tidak memiliki pengembangan dalam Operating System (OS) nya, maka BBM dibumbuhi iklan. Iklan ini ditampilkan didalam status update, bahkan sering terjadi pengiriman pesan BBM ke beberapa user. Entah itu iklan darimana, iklan tersebut selalu mengirimkan melalui status update dan chatting sehingga membuat pengguna merasa terganggu dan meninggalkan BBM.

BBM Tidak Praktis

BBM menggunakan PIN sebagai indikator menambahkan teman lawan chatting. Alhasil bila kita ingin chatting dengan teman lawan maka kita harus tau PIN lawan anda. Hal ini jelas merepotkan bagi sebagian besar pengguna. Sebagai contoh, misalkan anda telah menyimpan salah satu kontak rekan anda, namun bila anda ingin chatting dengan lawan tersebut maka anda harus menanyakan BBM PIN sebagai identitas. Metode ini kalah populer dengan aplikasi chatting yang lain dengan hanya menggunakan nomor telepon saja sebagai ID untuk melakukan chatting.

BBM Menjadi Cross Platfrom dan Tidak Ekslusif Lagi

Meskipun BBM dikenal dengan keamanan dan enskripsi terbaik ketimbang Whatsapp yang telah diakuisisi oleh Facebook, ada baiknya RIM tetap memproduksi BlackBerry-nya dan menjadikan BBM sebagai aplikasi chatting ekslusif bagi pengguna perangkat BlackBerry juga menjadikan layanan bebas dari BIS (BlackBerry Internet Services) tanpa harus membayar untuk menikmati layanan BBM. Namun pada tahun 2011 silam, RIM membuat BBM menjadi cross platfrom yang dapat digunakan pada Android dan iOS. Ini adalah blunder bagi RIM, sebab dengan adanya BBM menjadi cross platform membuat BBM tidak ekslusif lagi, seakan pengguna dengan mudah mendapatkan aplikasi chatting terbaik dimasa itu.

Tidak Mengembangkan Operating System (OS)

Salah satu penyebab perlahannya BlackBerry mati adalah tidak berkembangnya BlackBerry OS dan memudahkan para pengembang untuk membuat aplikasinya. Sebagaimana kita tau bahwa OS merupakan sebagai nahkoda dari berbagai kegiatan dalam suatu perangkat.

Dengan adanya OS yang stabil dan tampilan antar muka yang memudahkan membuat pengguna nyaman menggunakan perangkat tersebut. Apabila BlackBerry OS terus dikembangkan dan memudahkan bagi para developer untuk membuat aplikasi untuk sistem operasi BlackBerry, saya yakin RIM tidak akan berpaling ke Android. Pada tahun 2015 adalah sebuah kesalahan dilakukan oleh RIM , yang pada saat itu BlackBerry pertama kali menggunakan Android menggantikan OS miliknya sendiri dan meninggalkan pengembangan pada BlackBerry OS.

Antar Muka BBM yang Tidak Mudah Menggunakannya

Antar Muka atau UIX merupakan hal yang paling penting untuk membuat pengguna nyaman menggunakannya. Seiring berjalannya waktu dari tahun 2005 hingga 2010, BBM merupakan UIX terbaik menurut versi saya. Namun setelah muncul cross platfrom, UIX BBM menjadi tidak beraturan. Hal ini menyebabkan pengguna lebih nyaman menggunakan WhatsApp ketimbang BBM itu sendiri.

Free menjadi Paid

BBM yang awalnya sebagai aplikasi chatting gratis terpopuler saat itu menjadi berbayar dikarenakan dibumbuhi iklan. Bila anda merasa terganggu dengan iklan yang ada di BBM, maka anda dipersilahkan membayar subscription sebesar Rp. 15.000 (kalau tidak salah). Ini adalah salah satu point membuat BBM makin ditinggalkan pengguna ketimbang aplikasi chatting lain tidak menggunakan iklan, hanya menggunakan official account bila pengguna menghendaki.

Sebagai penutup saya ucapkan, Selamat Tinggal BlackBerry ! dan jangan lupa #PING!.